Ditinggal WFH Dua Pekan, Udara Jakarta Nyaris Bersih Share this
Berita Mobil
Mode baca

Ditinggal WFH Dua Pekan, Udara Jakarta Nyaris Bersih

Denny Basudewa
pada 14 April 2020

Foto: Patung Pemuda Membangun (Sumber: FB Pemprov DKI Jakarta)

JAKARTA – Udara Jakarta berangsur membaik semenjak para warganya dianjurkan untuk bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) akibat pandemi Covid-19.

Untuk diketahui bahwa Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara cukup buruk di dunia. Setidaknya pada 22 November 2019, Jakarta masuk ke peringkat 11 kota dengan kualitas udara paling buruk di antara kota-kota besar lainnya di dunia berdasarkan situs Air Quality Index (AQI).

Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) merilis bahwa kualitas udara di Jakarta berangsur membaik, seiring dengan diberlakukannya WFH. Kualitas udara juga terus membaik setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Pada 10 hari pertama (WFH) kualitas udara di Jakarta menjadi 39 mg/m3 dari biasanya 44 mg/m3. Lalu pada 10 hari kedua menjadi 18 mg/m3 dari kondisi bersihnya 15 mg/m3,” ucap Ahmad Safrudin, Executive Director KPBB dalam bincang-bincang bersama FORWOT, kemarin (14/04/2020).

Menurutnya, pencemaran udara jika sudah menjadi Aerosol susah hilang apalagi posisinya berada di atas awan. Dijelaskan pada periode pertama WFH, polutan di DKI Jakarta masih cukup tinggi karena masih cukup banyak berkaliaran di jalan.

“Sebenarnya kalau sudah menjadi aerosol susah hilangnya. Aerosol itu warnanya merah tembaga seperti kubah. Posisinya ada yang mencapai 10 ribu meter di atas awan, kalau sudah begitu meskipun hujan juga tidak akan terbilas,” jelasnya kemudian.

Ia mengkhawatirkan jika pandemi covid-19 usai nantinya, masyarakat akan balas dendam dan kondisi udara di Jakarta bertambah parah. Setelah tidak bisa bepergian selama berbulan-bulan, orang-orang akan melakukan perjalanan lebih banyak daripada biasanya.

Oleh karena itu Ia berharap Pemerintah juga memberikan perhatian kepada industri otomotif untuk bisa mendapatkan dana recovery. Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan industri yang lebih ramah lingkungan.

“Nantinya pabrik-pabrik yang lebih rendah konsumsi energinya dan bisa menekan emisi, akan mendapatkan kompensasi lebih,” terangnya.  [Dew/Idr]


Komentar