Mencari Jejak Cinta AADC 2 Sampai ke Klinik Kopi Yogyakarta Share this
Hangout
Mode baca

Mencari Jejak Cinta AADC 2 Sampai ke Klinik Kopi Yogyakarta

Muhammad Ikhsan
oleh Muhammad Ikhsan
pada 06 August 2016

Foto: Segelas kopi arabika dari tangan Pepeng.

YOGYAKARTA - Menikmati secangkir kopi buatan Klinik Kopi di gang Madukoro, sebelah kanan PLN jalan Kaliurang KM 7,5 Sleman, Yogyakarta masuk dalam agenda perjalanan Datsun 7 Days Challenge di hari keempat.

Klinik Kopi ini menarik perhatian kami karena salah satu lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2. Kunjungan kami ke sini sekaligus mencari jejak Cinta yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo dan Rangga (Nicholas Saputra) bertemu setelah 11 tahun lamanya berpisah.

Kami sempat bertemu dengan pemilik Klinik Kopi, Khusyu Firmansyah atau akrab disapa Pepeng. Dari balik meja, Pepeng dengan topi khasnya dan celemek siap menyeduh kopi sambil berbincang dengan kami.

Kedai kopi ini menawarkan keunikan tersendiri dalam melayani tamu-tamunya. Di antaranya minim kursi dan meja, tak seperti kedai kopi yang sering kita temukan biasanya.

Ruang untuk menikmati kopi didesain lesehan di lantai. Tampak dari luar, tempat para penikmati kopi ini didesain alami dengan pagar bambu dan kursi bambu di sisi kanan dan kiri halaman depan Klinik Kopi.

Klinik Kopi Yogyakarta Tempat ngopi didesain lesehan

Kami cukup terkejut ketika disodorkan nomor antrean begitu masuk ruang untuk meracik kopi sebelum bertemu dengan Pepeng. Belum lagi, para penikmati kopi bisa berkonsultasi dengan Pepeng mengenai jenis kopi yang cocok untuk diminum. Pepeng seakan memberi 'resep' kopi terbaik untuk para konsumennya. Di sini kami sadar pantas tempat ini dinamakan Klinik Kopi.

Sebelum bisa memesan kopi yang diinginkan kepada Pepeng, salah satu pramusaji Klinik Kopi akan memanggil konsumen berdasarkan urutan antrean. Tiba saatnya kami menikmati suguhan kopi dari Pepeng. Untuk bisa masuk ke ruangan, Anda harus melepas alas kaki. Konsep unik ini akan menyambut setiap konsumen yang dipanggil ke dalam 'ruang tindakan'.

Malam itu, Pepeng menjelaskan bahwa hanya menyediakan kopi Arabika lokal. Klinik Kopi tak biasa menawarkan kopi-kopi impor. Lebih mengesankan kunjungan kami saat mengetahui bahwa sesekali Pepeng ikut mencari kopi berkualitas ke daerah penghasil kopi seperti di Sumatera dan sejumlah daerah penghasil kopi lain di Tanah Air.

Sambil memesan kopi, Pepeng menceritakan Sumatera Utara dan Papua menjadi daerah tujuan untuk mencari kopi. Pepeng beranggapan, kopi lokal memiliki kualitas dan terbaik, hanya saja beberapa petani tidak mengerti cara memprosesnya. Rasa kopi lokal menurut Pepeng, dipengaruhi jenis tanaman di sekitarnya. Jika Anda bisa merasakan, di lidah terasa sekali ada sentuhan rasa buah-buahan, karamel dan pahit.

Keunikan lain adalah Pepeng mencari kopi sampai ke desa yang bukan penghasil kopi. Desa-desa itu biasanya dikenal penghasil jagung, kentang, namun ada pohon kopi.

"Terakhir, kami dua minggu lalu ke Banjarnegara. Lokasi itu sebenarnya bukan penghasil kopi, desa penghasil jagung kentang dan segala macam. Dan warga hanya menanam kopi konservasi biar hutan tidak gundul, longsor dan lain-lain," kata Pepeng.

Dari banyak jenis kopi di depan kami, Pepeng menawarkan kopi senggani asal Banjarnegara. Kopi ini dikatakan Pepang memiliki rasa yang khas. "Bro senggani satu," ucap Pepeng kepada asistennya sembari memperlihatkan video pengambilan kopip di Banjarnegara.

Klinik Kopi Yogyakarta Tampak depan Klinik Kopi Yogyakarta

Jika Anda tertarik ingin ngopi di Klinik Kopi usahakan pada malam hari, karena nuansa keakraban kian terasa di sini. Klinik Kopi buka mulai Senin-Sabtu pukul 15:00 - 20:00 WIB. Disayangkan Klinik Kopi tidak menyiapkan lahan parkir memadai.

Pepeng bercerita jika sebelumnya Klinik Kopi berdiri di jalan Wijaya, Yogyakarta. Kebetulan Ia punya tanah pribadi, Klinik Kopi pun pindah ke gang Madukoro.

"Dulu kami sewa dan sekarang punya pribadi, dan di sini kami ingin menyajikan tempat kopi rumahan sing (yang) simple. Ada tempat tingggal di atas, dan di bawah tempat roasting, dan tempat bikin kopi," tutur Pepeng sambil tersenyum.

Klinik Kopi menjadi tempat syuting AADC 2 ternyata membuat Pepeng bangga. Pepeng bercerita awalnya dari Riri Riza dan Mira Lesmana yang kerap ke Yogyakarta dan mampu ke Klinik Kopi. Dijelaskan pria berkepala botak itu, mereka menyukai kopi, dan ingin mengangkat kedai-kedai kopi di wilayah Yogyakarta yang tidak biasa. Salah satunya Klinik Kopi.

"Tapi saya sendiri tidak tahu kenapa Klinik Kopi jadi pilihan mereka mewarnai film AADC 2," imbuh Pepeng.

Klinik Kopi Yogyakarta (sebelah kiri) Pepeng, pemilik Klinik Kopi Yogyakarta

Klinik Kopi sebuah kebanggaan Pepeng sejak didirikan pada 2013 silam. Dari kedai ini, Pepeng menyajikan kopi seperti biasa dan tidak menggunakan teknik khusus dalam menyuguhkan kopi.

"Membuat kopi dan itu bisa dipelajari setiap orang.Seperti motret setiap orang bisa, setiap orang bisa menyanyi masalahnya nyanyiannya itu bisa didengarkan orang lain atau tidak. Kopi juga sama, setiap orang bisa bikin kopi minimal buat diri sendiri. Masalahnya buat orang lain cocok engak.

Pepeng memaknai kopi sebuah kepuasan tersendiri. Dengan menyuguhkan kopi, Ia bisa membantu menyampaikan pesan petani alasan mereka menanam kopi. Intinya dari ucapan Pepeng adalah kepuasan, kepuasan memberikan kenikmatan pada setiap konsumennya.

Kopi senggani kami pun telah selesai diseduh. Langsung dari tangan Pepeng, kami menikmati segelas kopi tanpa gula itu. "Ah nikmat sekali." [Ikh/Ari]


Komentar