Bisnis Perkebunan di Taiwan Memasuki Generasi Kedua Share this

Bisnis Perkebunan di Taiwan Memasuki Generasi Kedua

Muhammad Ikhsan
oleh Muhammad Ikhsan
pada 26 September 2017

Foto: Soerang jurnalis tengah asik mengabadi kebun markisa (Foto: Ikhsan)

TAINAN - Lahan-lahan perkebunan buah di Taiwan kian berkembang dan kini menjadi incaran wisatawan dari Asia Tenggara untuk datang mengunjunginya. Hasil panen berlimpah dan harga terjangkau menjadi alasan menjadi tempat wisata.

Otospirit.com berkesempatan berkunjung ke perkebunan-perkebunan di Taiwan untuk menikmati aktivitas “Taiwan Leisure Farm” dalam rangka memenuhi undangan Taiwan Leisure Farm Development Association (TLFDA), pada pekan lalu.

Menurut Ngan Kok Lim, Marketing Secretary TLFDA ada 200 pengusaha agrikultur tergabung dalam asosiasi di seluruh wilayah di Taiwan.

Menariknya, bisnis perkebunan buah di Taiwan banyak dilakoni generasi kedua saat generasi pertama mulai tidak produktif. Kendati telah memasuki generasi kedua, bisnis

tersebut terus berkembang. Dan nyatanya ini sudah menjadi kultur masyarakat Taiwan.

Perkebunan Buah di Taiwan Mr. Liau Tze Hsin dan Ms. Tang Shu Hui

Lokasi pertama adalah The Persimmon Brother Farm di Chiayi Fanlu district, Selatan Taiwan yang dikelola oleh generasi kedua pasangan suami istri Mr. Liau Tze Hsin dan

Ms. Tang Shu Hui. Perusahaan berdiri di atas lahan 2,7 hektare dan telah berusia 50 tahun.

Liau, sang suami mengatakan mendapat warisan kebun buah persimmon (kesemek) dan longan (kelengkeng) dari ayah mertuanya sekitar 10 tahun lalu. Sejak Ia jalankan bisnis

budi daya pertanian, perusahannya menggunakan pupuk organik karena dinilai lebih sehat untuk hasil panen buah buah kelengkeng dan kesemek.

wisata kebun di taiwan Jory (33) sedang memetik buah markisa di kebun miliknya

Pebisnis kedua adalah Jory (33). Ia mengelola kebun markisa warisan ayahnya di kawasan Puli, Taiwan yang berdiri sejak 1995. Jory tidak seorang diri, Ia bersama sang kakak yang fokus mengurusi bibit hingga buah bisa dipanen sejak empat tahun lalu. Sementara Jory fokus memasarkan wisata kebunnya melalui internet.

Jory dan kakak mempersilakan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara memasuki Dhapingding Leisure Farm miliknya seluas lima hektare tersebut dengan membayar tiket masuk sebesar 100 Dolar Taiwan atau sekitar Rp 45 ribu. Dari tiket itu separuhnya bisa ditukar dengan markisa atau produk olahan seperti jeli, es krim dan permen.

Mereka juga melakukan eskpor buah markisa ke Kanada dan sedang membidik pasar Korea dan China, selain untuk memenuhi pasar domestik Taiwan.

Magical Mushroom Tribe Magical Mushroom Tribe tersedia budi daya jamur dan wisata untuk anak-anak

Lokasi ketiga adalah Magical Mushroom Tribe yang kini dikelola Fang. Pria lulusan universitas di Amerika Serikat tersebut, sejak dua tahun lalu diminta ayahnya

kembali ke Taiwan untuk mengelola budi daya jamur milik keluarga.

Fang gigih bekerja untuk menghidupkan bisnis keluarga yang berdiri di atas lahan seluas lima hektare. Tempat ini tak hanya menyediakan wisata edukasi jamur, melainkan juga permainan anak-anak, restoran, toko souvenir yang menjual cendera mata dan aneka makanan dan minuman berbahan baku jamur.

Untuk bisa masuk ke tempat ini, Anda harus membayar 100 Dolar Taiwan atau sekitar Rp 45 ribu per tiket. [Ikh]


Komentar