Sejarah MotoGP Hengkang dari Indonesia Share this
MotoGP
Mode baca

Sejarah MotoGP Hengkang dari Indonesia

Muhammad Ikhsan
oleh Muhammad Ikhsan
pada 16 December 2015

JAKARTA - Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan MotoGP musim 2017. Bahkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah memastikan Sirkuit Sentul, Jawa Barat, sebagai arena penyelenggaraan balap motor kasta teratas itu.

Melihat ke belakang, Indonesia pernah dua tahun berturut-turut menggelar kejuaraan Grand Prix motor yakni pada tahun 1996 dan 1997. Ketika itu, pebalap kelas 500cc Mick Doohan (1996) dan Tadayuki Okada (1997) menjadi penguasa Sirkuit Sentul, sementara Valentino Rossi dan Max Biaggi saat itu masih di kelas 125 cc dan 250cc. Keduanya juga pernah mencicipi Sirkuit Sentul.

Lola Moenek, General Manager Sentul International Cirkuit mengatakan, sempat hengkangnya kejuaraan MotoGP dari Indonesia dikarenakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat selama Periode 1996-1998 yang terus anjlok. Tercatat nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi pada 1996 (Rp 2.383), 1997 (Rp 3.989), dan 1998 (Rp 11.591). Saat itu terjadi gejolak moneter.

Kondisi ini membuat pengelola Sirkuit Sentul kewalahan, yang akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan kejuaran MotoGP di Indonesia. Padahal saat itu CEO Dorna SL --operator MotoGP--, Carmelo Ezpelata dan Direktur Utama Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto sudah melakukan penandatangan kontrak selama lima tahun kejuaran MotoGP di Indonesia.

"Saat itu kurs dollar semakin tinggi. Waktu kami adakan MotoGP pada tahun 1996-1997, kurs dollar sekitar Rp 2.700. Kontrak MotoGP yang saat itu Carmelo Ezpelata dengan Pak Tinton untuk waktu lima tahun. Pas di tahun ketiga, kami enggak bisa bikin lagi. Why? Karena dollar-nya menguat. Kami enggak berani saat itu," kata Lola saat ditemui di acara Indonesia Touring Car Awards (ITCA) 2015 di Jakarta.

Namun kini lanjut Lola, harapan untuk kembali menggelar MotoGP di Indonesia sudah mulai terlihat. Kepercayaan diri menghadirkan tontonan menarik untuk masyarakat Indonesia semakin besar saat pemerintah Indonesia menaruh dukungan agar Indonesia menjadi arena balapan MotoGP.

"Nah, belakangan ini, kami sudah melihat situasi, pembicaraan antara Pak Tinton dengan petinggi-petinggi dan pemerintah sudah dilakukan agar terlaksananya MotoGP di Indonesia," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Dorna memprioritaskan Indonesia untuk melaksanakan gelaran MotoGP selama tiga tahun (2017-2019). Pemerintah saat ini tengah mempersiapkan payung hukum berupa Keputusan Presiden tentang penyelenggaraan MotoGP di Indonesia. Jika payung hukum resmi keluar, Sirkuit Sentul akan diubah total, salah satunya adalah panjang lintasan yang akan menjadi 4,2 kilometer.

Lola memaparkan, pengelola Sirkuit Sentul terus berupaya untuk memuluskan menjadi tuan rumah MotoGP musim 2017, di antaranya fasilitas penginapan untuk pebalap dan timnya.

Saat gelaran MotoGP pada tahun 1996 dan 1997, pengelola Sirkuit Sentul harus menyediakan 2.000 kamar. Jika tiba waktunya nanti, pengelola Sirkuir Sentul dihadapi masalah besar, sebab pebalap papan atas harus menginap di hotel bintang lima dengan fasilitas pendaratan helikopter (helipad).

"Sekarang ini kami belum (terpikir) sampai ke sana, tapi saya melihat untuk sekarang ini, saya yakin Bogor dan Jakarta bisa menampung," tutupnya. [Ikh/Idr]

Sumber: Mobil123


Komentar