Kendala-kendala Motor Listrik Yamaha di Indonesia Share this
Berita Motor
Mode baca

Kendala-kendala Motor Listrik Yamaha di Indonesia

Muhammad Ikhsan
oleh Muhammad Ikhsan
pada 01 November 2017

Foto: Motor Listrik Yamaha E-Vino di Indonesia (Foto: Ikhsan)

JAKARTA - PT Yamaha Indonesia Motor Mfg. mengenalkan motor listrik E-Vino hari ini Rabu (1/11/2017).

Kehadiran motor ramah lingkungan itu berhasil mengubah wajah Yamaha Indonesia meski sekedar melakukan uji coba sepedamotor listrik Yamaha untuk sejumlah institusi dalam negeri selama satu bulan ke depan.

Seperti kita ketahui, produsen roda dua Viar yang telah berani memasarkan motor listrik melalui produk Viar Q1, bahkan sepedamotor tersebut sudah ber-STNK. Sementara Honda, sama seperti Yamaha yaitu baru sekedar uji coba. Ini sangat beralasan karena pihak Honda dan Yamaha belum siap dari segi industri untuk motor listrik.

Di sela-sela perkenalan motor listrik Yamaha E-Vino, Dyonisius Beti selaku Executive Vice President YIMM dengan tegas mengatakan belum tahu kapan pihaknya mulai memasarkan motor listrik di Tanah Air meski pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi CO2 sebesar 29 persen di 2030.

Baca juga: Yamaha Mulai Uji Coba Motor Listrik di Indonesia

Target dari program emisi ini menurut Dyonisius tak menjadi trigger bagi Yamaha untuk segera meluncurkan motor listrik. Seperti dikatakan Dyon, ada beberapa tahap sebelum memulai industri motor listrik di Indonesia.

"Kami tidak berani gegabah untuk langsung jual ke pasar, karena bagi kami pertama semua tertarik kepada electric vehicle, adalah sesuatu yang seksi dibicarakan. Untuk perusahaan Yamaha, kami sangat memperhatikan next generation-nya, masa depannya, bukan cuma penjualan terus dapat uang, tetapi juga harus memikirkan dampak dari pemasaran. Jual gampang, tapi bagaimana tentang konsumen shifting, kemudian impact terhadap masyarakat," kata Dyon.

"Ev (kendaraan listrik) itu tidak mudah, di negara lain tidak ada banjir, di Indonesia, area banyak terjadi (banjir). Musim hujan pun kerap terjadi di Jakarta, Semarang. Bahaya jika motor listrik main lewat saja. Motor listrik ilni berbeda.

Yang selama ini menjadi isu adalah motor listrik rentan terhadap banjir di mana bisa menyebabkan kerusakan permanen pada motor penggerak berikut baterainya. Berbeda dengan motor konvensional atau internal combustion engine.

Kendala lain adalah penanganan baterai lithium setelah tidak terpakai. Partikel-partikel pada baterai jenis ini sangat berbahaya terhadap lingkungan. Untuk itu, Yamaha memikirkan secara matang soal daur ulangnya. Untuk urusan baterai, bukan tidak mungkin dibuat pabrik terpisah jauh dari pemukiman.

"Di Indonesia baterai kecil saja habis pakai langsung dibuang begitu saja. Nah kalau baterai motor ini dibuang gitu saja akan mencemarkan air dan tanah, dampaknya berbahaya, maka penanganan baterai ini harus hati-hati. Ini pertimbangan Yamaha bikin test marketing terlebih dahulu," jelas Dyon.

Pihak Yamaha terlihat tak optimistis memasarkan motor listrik di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan. Sebab, banyak yang harus dipertimbangkan agar sesuai aturan dan tidak merugikan masyarakat. Di satu sisi, kultur berkendara roda dua orang Indonesia berbeda dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Eropa yang kebanyakan masyarakat di sana sudah tertib berlalu lintas.

"Kalau di Indonesia motor yang enggak ada suara bisa menyebabkan banyak sekali accident, jadi faktor ini juga yang Yamaha pertimbangkan dengan matang, di mana kultur berkendara di Indonesia berbeda dengan Jepang ataupun negara-negara Eropa, yang sangat taat peraturan," tutup Dyon. [Ikh]


Komentar