Mahindra Pelajari Marazzo untuk Indonesia Share this
Mobil Baru
Mode baca

Mahindra Pelajari Marazzo untuk Indonesia

Adi Hidayat
pada 11 November 2019

MUMBAI – Mahindra Marazzo memang mendapat apresiasi dari masyarakat India, tapi bila dibawa ke Indonesia hasilnya bisa berbeda.

Hal tersebut dikarenakan Marazzo hanya memiliki pilihan mesin diesel dan transmisi manual. Padahal, pasar mobil penumpang di Indonesia lebih menyukai mesin bensin dan peminat transmisi otomatis pun sangat banyak.

“Ketika kami melakukan penelitian, kami menemukan bahwa ada kesempatan besar untuk MPV dengan harga Rp 220-250 jutaan di Indonesia. Kami punya produknya yaitu Marazzo. Tapi hal ini tidak mudah karena mobil tersebut bermesin diesel dan transmisi manual. Di Indonesia, yang dicari adalah mesin bensin bertansmisi otomatis. Itu perlu pengembangan,” ungkap Joydeep Moitra, Head of International Operations, Mahindra&Mahindra Ltd.

Tak hanya dari sisi produk, mereka juga melakukan pengembangan lain agar bisa memberikan harga terbaik dan kompetitif di mata masyarakat. Salah satunya adalah dengan mendirikan pabrik Mahindra di Indonesia. Namun itu semua dinilai perlu waktu yang lebih panjang.

“Kami perlu waktu dua tahun untuk bisa menghadirkan Scorpio Pik Up di Indonesia. Jadi berikan kami cukup waktu agar membawa produk yang tepat. Mungkin perlu waktu 1,5 tahun untuk melakukan penelitian karena memang ada alasannya, khususnya karena MPV harus dilakukan secara CKD,” ungkapnya.

Ia juga menambhakan bahwa pihaknya akan melakukan pengembangan dealer sebelum masuk ke segmen mobil penumpang. Ini harus dilakukan untuk memperkuat brand, penjualan dan service kendaraan itu sendiri. Semua harus dilakukan secara bertahap.

“Indonesia itu negara besar dengan beragam kondisi. Jadi ini perlu waktu untuk membangun network. Inilah yang harus jadi perhatian kami. Jadi ketika kami masuk ke sana, kita akan hadir dengan kesiapan baik. Tak ada pertanyaan bagi konsumen terkait after sales, dan sebagainya,” tegasnya.

Segala hal memang harus bisa mereka perhatikan mengingat pasar di Indonesia sangat didominasi oleh brand Jepang. Salah langkah sedikit bisa berdampak negatif dalam jangka waktu yang lama. [Adi/Idr]


Komentar